TEORI BANDURA BELAJAR MATEMATIKA

Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan pada suatu teori psikologi belajar yang saat ini masih dikembangkan oleh ahli pendidikan. Kemampuan memahami teori-teori belajar ini merupakan salah satu kompetensi pedagogik guru, sehingga guru mampu mengembangkan pembelajaran yang memuat tiga macam aktivitas, yaitu eksplorasi, klarifikasi, dan refleksi. Secara garis ada dua arus besar dalam perkembangan teori belajar, yaitu aliran Behaviorisme dan aliran Kognitif. Dua aliran ini memiliki dua pijakan berpikir yang sangat jelas perbedaannya. Aliran behaviorisme memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku, sehingga belajar merupakan rangkaian aktivitas mengelola stimulus untuk mendapatkan respon yang diinginkan, sedangkan aliran kognitif memandang belajar sebagai perubahan struktur kognitif. Cara pandang tentang proses belajar tentunya akan mempengaruhi bagiamana cara guru mengajar. Dari dua aliran teori belajar tersebut lahirlah pendekatan belajar, model pembelajaran, strategi pengajaran, hingga metodenya. Begitu pentingnya pengetahuan tentang teori belajar ini bagi guru, sehingga guru mampu merancang pembelajarannya sesuai dengan materi yang hendak dikembangkan, level pengetahuan siswa, dan teori belajar yang dirujuk.

A. Tokoh Albert Bandura

Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mondere Alberta, Canada. Dia memperoleh gelar Master di bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Setahun setelah lulus, ia bekerja di Standford University. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial. Bandura mengemukakan bahwa seseorang itu belajar melalui proses meniru. Maksud meniru disini bukanlah mencontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain.

1. Teori Belajar Bandura

Teori belajar bandura ini merupakan aliran psikologi social yang menekankan bahwa lingkungan kerap kali dipilih dan diubah oleh seseorang melalui prilakunya. Teori belajar social merupakan perluasan teori belajar prilaku. Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori belajar prilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekan pada efek-efek pada perilaku dan proses mental (Danar, 2006)
Dalam model pembelajaran Bandura ada beberapa konsep. Adapun konsep-konsep dari teori belajar Bandura adalah sebagai berikut:

a. Pemodelan
Pemodelan adalah konsep dasar dari teori ini. Sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan dan mengingat tingkah laku orang lain. Hasil pengamatan itu kemudian dihubungkan dengan pengalaman baru dan sebelumnya. Dengan begitu ada kesempatan untuk mengekspresikan tingkah laku yang dipelajari (Trianto, 2010). Percobaan Albert Bandura yang terkenal adalah percobaan Bobo Doll.
4. Adapun jenis-jenis pemodelan:

1) Peniruan langsung

Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan yang diajarkan setahap demi setahap. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu di mana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu keterampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian.Contohnya meniru gaya penyanyi yang disanjungi.

2) Peniruan tak langsung

Peniruan adalah melalui imaginasi atau pemerhatian secara tidak langsung. Contohnya meniru watak yang dibaca dalam buku.

3) Peniruan gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabung tingkah laku yang berlainan yaitu Peniruan langsung dan tidak langsung. Contohnya pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarna daripada buku yang dibacanya.

5. Ada empat fase belajar dari pemodelan, yaitu:
1) Fase Atensi
Fase ini memberikan perhatian pada suatu model, model yang menarik, populer, atau yang dikagumi. Dalam pembelajaran guru adalah sebagai model bagi siswa yang harus bisa menjadi perhatian terhadap bagian-bagian yang penting dari pelajaran. Ini bias dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran secara jelas dan menarik, memberikan penekanan pada hal yang penting. Misalnya menjelaskan bagian-bagian bola mata guru bisa menggunakan gambar model mata, dengan variasi warna sehingga bagian-bagian mata terlihat jelas dan siswa tertarik untuk mempelajarinya.

2) Fase Retensi
Fase ini memberikan pengkodean tingkah laku model dan menyimpannya dalam ingatan jangka panjang. Pengkodean adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode memori. Arti penting fase ini adalah si pengamat tidak akan dapat memperoleh manfaat dari tingkah laku yang diamati jika model tidak ada, kecuali tingkah laku itu dikode atau disimpan dalam ingatan. Misalnya mereka dapat melihat sendiri tahap-tahap yang telah didemonstrasikan dalam menggunakan busur atau penggaris sebelum benar-benar melakukannya.

3) Fase Reproduksi
Fase ini mengizinkan model untuk melihat apakah komponen-komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh pengamat. Dalam fase ini model juga hendaknya memberikan umpan balik terhadap aspek-aspek yang sudah benar atau yang masih salah. Dan akan menghasilkan sebuah perilaku.

4) Fase Motivasi
Fase ini pengamat akan termotivasi meniru model, karena mereka merasa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh kekuatan atau pujian. Misalnya dalam kelas sering diberi pujian atau pemberian nilai (Trianto, 2010)

b. Belajar Vicarious
Sebagian besar belajar termotivasi oleh harapan bahwa meniru model dengan baik akan mendapat dukungan. Namun, ada yang belajar dengan melihat orang diberi dukungan atau dihukum saat terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang disebut belajar “vicarious”. Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan prinsip belajar vicarious.Bila seorang murid berkelakuan tidak baik, guru memperhatikan anak-anak yang bekerja dengan baik dan memuji mereka, dan anak yang nakal itu akan melihat bahwa bekerja yang baik akan memperoleh dukungan sehingga ia pun kembali.

c. Perilaku Diatur-Sendiri
Perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku yang diatur oleh dirinya sendiri. Manusia belajar suatu standar performa yang menjadi dasar evaluasi diri. Apabila tindakan seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar performa maka akan dinilai positif, tetapi sebaliknya bila tidak mampu berperilaku sesuai standar, maka akan dinilai negatif.
Manusia mengamati perilakunya sendiri, mempertimbangkan perilaku terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian memberi dukungan atau hukuman pada dirinya sendiri (Danar, 2006)

2. Aplikasi dalam Pembelajaran Matematika

Bandura dalam teorinya mengemukakan bahwa seseorang itu belajar melalui proses meniru. Maksud meniru disini bukanlah mencontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain.
Bandura percaya bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman langsung juga bisa dipelajari secara tidak langsung melalui observasi. Bandura juga percaya bahwa model akan sangat efektif apabila dilihat sebagai seseorang yang memiliki kehormatan, kompetensi, status tinggi atau kekuasaan. Dan dalam hal ini sebagian besar guru memiliki kriteria tersebut sehingga dapat menjadi model yang berpengaruh besar. Guru dapat menjadi model untuk suatu keahlian, strategi pemecahan masalah, kode moral, standar performa, aturan dan prinsip umum, dan kreativitas. Guru juga dapat menjadi modeltindakan, yang akan diinternalisasi siswa dan karenanya menjadi standar evaluasi diri.
Proses pembelajaran menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar. Model disini tidak harus dari guru, namun tergantung apa yang akan diajarkan. Teori sosial belajar ini cocok untuk mengajarkan materi yang berupa aspek psikomotorik dan afektif, karena pembelajar langsung dapat memperhatikan, mengingat dan meniru dari model yang dihadirkan. Namun dalam belajar matematika yang diajarkan adalah berupa konsep sehingga guru harus dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan dapat mudah diingat oleh si pembelajar. Pengembangan pembelajaran KPK dengan menggunakan teori Bandura, guru dalam menyampaikan pelajarannya harus memberikan metode-metode yang mudah untuk dipahami dan diikuti oleh siswa-siswanya agar siswa lebih mudah untuk memilih teori mana yang akan diikuti dan diterapkan dalam mengerjakan soal-soal tentang KPK. Peranan seorang guru sangat penting dalam hal ini. Guru harus bias menciptakan pembelajaran yang menarik dan dapat dipahami siswa dengan baik sehingga KPK menjadi pelajaran yang diminati dan dikuasai oleh siswa. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah hasil perkalian dari dua buah faktor-faktor (prima) yang berbeda dengan mengambil pangkat tertinggi. Terdapat beberapa metode untuk menentukan KPK, yaitu:

a. Melalui himpunan kelipatan persekutuan
Carilah KPK dari 4 dan 6!
HK (4) : {4,8,12,16,20,24,28,32,36,...}
HK (6) : {6,12,18,24,30,36,42,48,...}
KPK dari 4 dan 6 adalah 12

b. Melalui faktorisasi prima
Berapakah KPK 12 dan 18?
FP (12) : 22 x 3
FP (18) : 2 x 32
KPK = 22 x 32
= 4 x 9
= 36

3. Kelemahan dan Kelebihan Teori Albert Bandura (Teori Belajar Sosial)

a. Kelemahan Teori Albert Bandura

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

b. Kelebihan Teori Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar lainnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembuktian Langsung Matematika

Contoh soal HOTS Matematika

Materi Peluang